Oleh : Widya – Mahasiswa S2 PAUD Universitas Negeri Surabaya
SURABAYA (pilarhukum.com) – Dilansir dari penelitian Rina Nur Azizah “ Dampak Perceraian Orang Tua Terhadap Perkembangan psikologis Anak” Temuan penelitian ini adalah bahwa perceraian mempunyai dampak negatif terhadap perkembangan psikologi anak, karena pada umumnya perkembangan psikologi anak yang orang tuanya bercerai sangat terganggu, selain itu faktor negatif dampak dari perceraian adalah kurangnya kasih sayang dan perhatian dari kedua orangtuanya.
Perceraian merupakan bukan akhir dari hubungan suami istri.Orang tua yang telah bercerai harus tetap memikirkan perkembangan dan pendidikan anak selanjutnya karena perceraian tidak hanya berdampak pada suami istri namun dampak terbesar adalah perkembangan anak terutama pada sosial emosional anak. Diantaranya adalah (1) Kesulitan Bersosialisasi: Anak dari keluarga cerai mungkin merasa malu dan menarik diri dari interaksi sosial.(2) Perilaku Agresif: Anak mungkin menunjukkan perilaku agresif sebagai respons terhadap stres dan frustrasi. (3) Kesulitan Belajar: Permasalahan emosional dapat mengganggu fokus dan konsentrasi anak di sekolah.
Setelah saya membaca, Saya meraasa apa yang di tuangkan dalam penelitian tersebut, terjadi pada salah satu murid yang saya temui saat ini. Kecenderungan yang saya amati yaitu Dampak – dampak tersebut juga tampak pada anak tersebut terutama pada kesulitan bersosialisasi, prilaku agresif, dan kesulitan belajar.
Kesulitan bersosialisasi tersebut terbukti dengan perilaku Anak tersebut, pada saat awal sekolah selalu menangis ingin di temani ibunya, karena ibunga orang tua Tunggal dia harus bekerja mencari nafkah. Anak tersebut selalu bercerita saat di kelas bahwa di rumah selalu sendiri dengan neneknya. Saat di rumah anak tersebut juga tidak pernah keluar rumah.
Perilaku agresif tersebut juga terbukti dengan perilaku anak yang selalu merebut setiap permainan yang di mainkan temannya, bahkan saat bercanda dengan temannya anak tersebut juga sering memukul maupun menendang.
Kesulitan belajar tersebut juga terbukti dengan hasil belajar anak tersebut diantaranya anak tersebut dan hal menulis, membaca dan berhitung selalu mengalami kesulitan dan ketidak rapian dalm hasil karyanya.
Setelah saya amati dari penelitian tersebut saya mencari beberapa refensi untuk memberikan stimulasi anak tersebut diantaranya (1) membangun komunikasi yang baik dengan anak (2) memberikan perhatian yang lebih (3) Kerjasama dengan orang tua (4) aktifitas positif
Dalam membangun komunikasi anak selalu adakan sesi bercerita sebelum berdoa sehingga luapan emosi hati anak akan terbiasa di ungkapkan dengan orang lain, sehingga diamnya anak akan lebih berkurang. Selalu mengadakan kolaborasi permainan sehingga anak selalu berkomunikasi dengan temannya.
Dalam memberikan perhatian lebih anak selalu bilang “Tidak Bisa” saya sebagai guru tahu bahwa anak tersebut bisa, namun saya melakukan perhatian lebih dengan cara mendampingi anak tersebut dalam mengerjakan tugas. Anak tersebut mengerjakan tugas dengan bercerita sehingga itu yang membuat anak tersebut nyaman dengan saya sebagai guru di kelas.
Dalam Kerjasama dengan orang tua saya selalu bercerita aktivitas anak tersebut di sekolah, saya juga mengingatkan orang tua untuk lebih sering mengajak anak berkomunikasi dan mendampingi anak tersebut setiap saat.
Dalam aktifitas positif saya sebagai guru juga selalu mengajak anak tersebut bermain games baik di luar maupun di dalam kelas, sehingga anak tersebut selalu menjalin komunikasi dengan teman lainnya namun saya juga tidak lupa selalu mengingatkan anak tersebut jika anak tersebut memukul, menendang dan mendorong temannya.
Setelah saya membaca jurnal ini dan melakukan pembelajaran ini, hal baru yang ingin saya bagikan kepada pembaca yang lain yaitu bahwasannya Perceraian orang tua dapat membawa dampak negatif pada perkembangan psikologi terutama pada karakter, sosial, agama, dan moral anak usia dini. Oleh karena itu, penting bagi orang tua, keluarga, dan masyarakat untuk memberikan dukungan dan bantuan kepada anak-anak yang mengalami situasi ini. Semoga apa yang saya opinikan ini bisa bermanfaat bagi pembaca yang lain.Dampak Pola Asuh Keluarga Cerai pada Perkembangan Anak Usia Dini
Oleh : Widya – Mahasiswa S2 PAUD Universitas Negeri Surabaya
Dilansir dari penelitian Rina Nur Azizah “ Dampak Perceraian Orang Tua Terhadap Perkembangan psikologis Anak” Temuan penelitian ini adalah bahwa perceraian mempunyai dampak negatif terhadap perkembangan psikologi anak, karena pada umumnya perkembangan psikologi anak yang orang tuanya bercerai sangat terganggu, selain itu faktor negatif dampak dari perceraian adalah kurangnya kasih sayang dan perhatian dari kedua orangtuanya.
Perceraian merupakan bukan akhir dari hubungan suami istri.Orang tua yang telah bercerai harus tetap memikirkan perkembangan dan pendidikan anak selanjutnya karena perceraian tidak hanya berdampak pada suami istri namun dampak terbesar adalah perkembangan anak terutama pada sosial emosional anak. Diantaranya adalah (1) Kesulitan Bersosialisasi: Anak dari keluarga cerai mungkin merasa malu dan menarik diri dari interaksi sosial.(2) Perilaku Agresif: Anak mungkin menunjukkan perilaku agresif sebagai respons terhadap stres dan frustrasi. (3) Kesulitan Belajar: Permasalahan emosional dapat mengganggu fokus dan konsentrasi anak di sekolah.
Setelah saya membaca, Saya meraasa apa yang di tuangkan dalam penelitian tersebut, terjadi pada salah satu murid yang saya temui saat ini. Kecenderungan yang saya amati yaitu Dampak – dampak tersebut juga tampak pada anak tersebut terutama pada kesulitan bersosialisasi, prilaku agresif, dan kesulitan belajar.
Kesulitan bersosialisasi tersebut terbukti dengan perilaku Anak tersebut, pada saat awal sekolah selalu menangis ingin di temani ibunya, karena ibunga orang tua Tunggal dia harus bekerja mencari nafkah. Anak tersebut selalu bercerita saat di kelas bahwa di rumah selalu sendiri dengan neneknya. Saat di rumah anak tersebut juga tidak pernah keluar rumah.
Perilaku agresif tersebut juga terbukti dengan perilaku anak yang selalu merebut setiap permainan yang di mainkan temannya, bahkan saat bercanda dengan temannya anak tersebut juga sering memukul maupun menendang.
Kesulitan belajar tersebut juga terbukti dengan hasil belajar anak tersebut diantaranya anak tersebut dan hal menulis, membaca dan berhitung selalu mengalami kesulitan dan ketidak rapian dalm hasil karyanya.
Setelah saya amati dari penelitian tersebut saya mencari beberapa refensi untuk memberikan stimulasi anak tersebut diantaranya (1) membangun komunikasi yang baik dengan anak (2) memberikan perhatian yang lebih (3) Kerjasama dengan orang tua (4) aktifitas positif
Dalam membangun komunikasi anak selalu adakan sesi bercerita sebelum berdoa sehingga luapan emosi hati anak akan terbiasa di ungkapkan dengan orang lain, sehingga diamnya anak akan lebih berkurang. Selalu mengadakan kolaborasi permainan sehingga anak selalu berkomunikasi dengan temannya.
Dalam memberikan perhatian lebih anak selalu bilang “Tidak Bisa” saya sebagai guru tahu bahwa anak tersebut bisa, namun saya melakukan perhatian lebih dengan cara mendampingi anak tersebut dalam mengerjakan tugas. Anak tersebut mengerjakan tugas dengan bercerita sehingga itu yang membuat anak tersebut nyaman dengan saya sebagai guru di kelas.
Dalam Kerjasama dengan orang tua saya selalu bercerita aktivitas anak tersebut di sekolah, saya juga mengingatkan orang tua untuk lebih sering mengajak anak berkomunikasi dan mendampingi anak tersebut setiap saat.
Dalam aktifitas positif saya sebagai guru juga selalu mengajak anak tersebut bermain games baik di luar maupun di dalam kelas, sehingga anak tersebut selalu menjalin komunikasi dengan teman lainnya namun saya juga tidak lupa selalu mengingatkan anak tersebut jika anak tersebut memukul, menendang dan mendorong temannya.
Setelah saya membaca jurnal ini dan melakukan pembelajaran ini, hal baru yang ingin saya bagikan kepada pembaca yang lain yaitu bahwasannya Perceraian orang tua dapat membawa dampak negatif pada perkembangan psikologi terutama pada karakter, sosial, agama, dan moral anak usia dini. Oleh karena itu, penting bagi orang tua, keluarga, dan masyarakat untuk memberikan dukungan dan bantuan kepada anak-anak yang mengalami situasi ini. Semoga apa yang saya opinikan ini bisa bermanfaat bagi pembaca yang lain. [EFA]